Cerita di Balik Kota Bandung dan Gedung Sate

Gedung Sate Tampak Depan

Kalau kalian main ke Bandung, pasti sudah gak asing sama bangunan yang satu ini. Karena desainnya yang selalu mencuri perhatian setiap kali seseorang melintas di Jalan Diponegoro. Dengan menara khas di tengahnya yang menyerupai tusuk sate, gedung itu berdiri megah dan anggun yang diberi nama Gedung Sate.

Tapi tahukah kamu? Di balik keindahannya, tersimpan kisah panjang yang berhubungan erat dengan sejarah berdirinya Kota Bandung itu sendiri. 

Bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Bandung yang ke-215, maka kali ini aku akan bahas tentang ikon Bandung yang istimewa ini. Yuk disimak!

Sejarah Gedung Sate

Gedung Sate dibangun pada tahun 1920 oleh pemerintah Hindia Belanda. Awalnya, bangunan ini dirancang sebagai kantor Departemen Pekerjaan Umum dan Pengairan (Departement van Gouvernementsbedrijven). 

Arsiteknya, Ir. J. Gerber, menggabungkan gaya arsitektur Eropa klasik dengan sentuhan budaya lokal Nusantara. Itulah sebabnya, di puncak menara terdapat ornamen yang menyerupai tusuk sate terdiri dari enam buah hiasan bulat yang melambangkan enam juta gulden, biaya pembangunan gedung ini pada masanya.

Yang menarik, pembangunan Gedung Sate melibatkan sekitar 2.000 pekerja, sebagian besar berasal dari Kampung Sekeloa, Kampung Coblong, dan Kampung Dago. Mereka bekerja selama empat tahun hingga akhirnya gedung ini rampung pada tahun 1924. Sejak saat itu, Gedung Sate menjadi salah satu karya arsitektur paling bersejarah di Indonesia.

Kini, gedung ini difungsikan sebagai kantor Gubernur Jawa Barat sekaligus menjadi ikon pariwisata Kota Bandung. Setiap akhir pekan, banyak warga maupun wisatawan datang untuk berfoto di halaman depan, menikmati udara segar, dan tentu saja mengabadikan momen dengan latar belakang gedung yang elegan itu.

Hari Jadi Kota Bandung Ke-215

Bandung punya hari spesial yang selalu dirayakan dengan semarak, tanggal 25 September merupakan Hari Jadi Kota Bandung. Tanggal ini diambil dari peristiwa penting pada tahun 1810, ketika Bupati Bandung ke-6, R.A. Wiranatakusumah II, memindahkan pusat pemerintahan dari Krapyak (Dayeuhkolot) ke daerah yang sekarang kita kenal sebagai Alun-Alun Bandung.

Perpindahan itu bukan tanpa alasan. Wilayah baru ini lebih strategis karena berada di jalur utama antara Batavia (Jakarta) dan Cirebon. Sejak saat itu, Bandung mulai berkembang menjadi kota penting di Tatar Sunda.

Setiap tahun, perayaan ulang tahun Bandung diwarnai dengan berbagai kegiatan budaya, konser musik, pameran UMKM, hingga festival kuliner khas Sunda. 

Pemerintah kota juga biasanya menata ulang taman-taman kota, mempercantik trotoar, dan mengadakan acara jalan santai bersama warga. Semangat kebersamaan terasa di setiap sudut kota, dari Dago hingga Cicendo, dari Alun-Alun hingga Gedebage.

Bandung Kota Kembang dan Kota Kreatif Dunia

Bandung dulu dikenal dengan julukan “Kota Kembang” karena udaranya yang sejuk dan taman-taman yang dipenuhi bunga indah. Namun seiring waktu, sebutan itu berkembang menjadi “Kota Kreatif Dunia”, setelah UNESCO menetapkannya sebagai bagian dari UNESCO Creative Cities Network (UCCN) pada tahun 2015, khususnya di bidang Desain.

Julukan ini memang pantas disandang karena di setiap sudut Bandung, selalu ada ide kreatif yang lahir, dari fashion di Jalan Riau, seni mural di Braga, hingga kuliner unik yang viral di media sosial. Kota ini seolah tak pernah kehabisan inspirasi. Bahkan, banyak startup dan studio desain nasional lahir dari Bandung.

Wisata Sejarah dan Budaya di Sekitar Gedung Sate

Exterior Gedung Sate

Selain Gedung Sate, di sekitarnya juga terdapat banyak destinasi menarik yang bisa dikunjungi:

  • Museum Gedung Sate

Terletak di lantai bawah gedung, museum ini menampilkan sejarah pembangunan gedung, teknologi arsitektur, hingga replika interaktif yang bisa disentuh pengunjung.

  • Taman Lansia dan Gasibu 

Dua ruang publik yang selalu ramai di akhir pekan. Cocok untuk jogging pagi sambil menikmati jajanan khas Bandung seperti seblak, cilok, atau surabi.

  • Museum Geologi 

Hanya beberapa ratus meter dari Gedung Sate, museum ini menyimpan koleksi fosil dan batuan dari seluruh Indonesia. Tempat ini edukatif sekaligus menarik untuk anak-anak.

  • Kawasan Dago dan Cihampelas 

Dua kawasan yang menggambarkan wajah modern Bandung, penuh dengan kafe estetik, butik kreatif, dan pusat belanja.

Bandung Hari Ini

Bandung hari ini bukan hanya sekadar ibu kota Jawa Barat, tapi juga salah satu kota paling dinamis di Indonesia. Di sinilah budaya lokal dan modern berpadu harmonis. Kita bisa menikmati secangkir kopi di kafe modern, lalu sore harinya berjalan di Jalan Braga yang masih mempertahankan nuansa kolonialnya.

Udaranya mungkin tak sedingin dulu, tapi suasana Bandung tetap hangat, bukan karena cuaca, tapi karena warganya yang ramah dan penuh senyum. Itulah yang membuat siapa pun yang datang ke Bandung selalu ingin kembali lagi.

Penutup

Dari Gedung Sate yang megah hingga ulang tahun Bandung yang selalu dirayakan dengan semangat, kota ini seolah menyimpan energi positif yang menular. Sejarah, kreativitas, dan keramahan warganya berpadu menciptakan identitas yang unik.

Jadi, kalau kamu berkunjung ke Bandung, jangan hanya datang untuk wisata atau kuliner saja. Luangkan waktu untuk berkunjung ke Gedung Sate, ikuti turnya dan rasakan pengalaman bersejarah tentang bangunan ikonik satu ini.

ttd abira journal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *